Telaga warna merupakan salah satu wisata terbaik
dari Dataran Tinggi Dieng. Secara Administratif, Telaga Warna Masuk Wilayah
Desa Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Telaga
ini berada di ketinggian 2000 meter diatas permukaan laut. Tak heran jika
daerah ini disebut dengan Negeri diatas Awan karena ketinggian daerah tersebut.
Untuk Nama Telaga Warna ini sendiri diberikan karena keunikan fenomena alam
yang terjadi di tempat ini, yaitu warna air dari telaga tersebut yang sering
berubah-ubah.
Kami kedaerah ini menggunakan mobil rental dengan driver yang handal. Karena untuk sampai ketempat ini mobil harus dalam keadaan baik dan driver harus berjiwa petualang karena jalan yang dilalui cukup berliku, menanjak dan terjal. Innova merupakan mobil yang standar jika mau aman selama perjalanan, karena track jalanan disini sangat tajam tikungannya dan sangat terjal. Pernah ada dan motor yang naik keatas tiba-tiba mogok ditengah jalan. Driver kami pun pernah mengalami mogok ditengah jalan saat membawa dengan avanza walaupun akhirnya sampai juga. Dan kendaraan bus pun juga ga boleh yang terlalu besar.
Selama perjalanan, pemandangan yang dilalui sangatlah indah dan mengagumkan, namun juga sedikit mendebarkan karena kita berada dipuncak, semakin diatas maka pemandangan dibawah semakin curam dan mengerikan. Di sisi kanan dan kiri jalan berbatasan langsung dengan jurang yang cukup dalam. Disepanjang perjalanan, kami melihat ada papan yang bertuliskan "Hati-Hati kawasan longsor". Beberapa waktu lalu, arus menuju dieng mengalami musibah karena longsor, sehingga wisatawan yang ada di dieng tidak dapat kembali kebawah. Pada saat kami melewati jalan tersebut, keadaannya masih diperbaiki, sehingga kami harus berhati-hati untuk melewati jalan tersebut.
Menurut mitos yang berkembang di daerah tersebut, warna-warni
yang muncul dipermukaan Telaga warna dikarenakan Cincin milik seorang bangsawan
yang jatuh ke dasar telaga tersebut sehingga menghasilkan warna-warni.
Sedangkan secara Ilmiah, warna-warni yang terlihat dipermukaan Telaga
sebenarnya berasal dari pembiasan cahaya matahari dengan air dan Endapan
Belerang/sulfur didasar Telaga warna. Warna yang dominan muncul dipermukaan telaga
warna adalah Hijau, putih kekuningan, serta biru laut. Namun adakalanya telaga
ini kering. Jika telaga warna ini kering, maka airnya tidak ada dan warna
tanahnya coklat. Sempat beberapa kali guide kami ke telaga ini, namun setiap
kali ketempat tersebut telaga sedang kering. dan kami bersyukur pada saat kami
berkunjung telaga masih berwarna-warni.
Kami kedaerah ini menggunakan mobil rental dengan driver yang handal. Karena untuk sampai ketempat ini mobil harus dalam keadaan baik dan driver harus berjiwa petualang karena jalan yang dilalui cukup berliku, menanjak dan terjal. Innova merupakan mobil yang standar jika mau aman selama perjalanan, karena track jalanan disini sangat tajam tikungannya dan sangat terjal. Pernah ada dan motor yang naik keatas tiba-tiba mogok ditengah jalan. Driver kami pun pernah mengalami mogok ditengah jalan saat membawa dengan avanza walaupun akhirnya sampai juga. Dan kendaraan bus pun juga ga boleh yang terlalu besar.
Selama perjalanan, pemandangan yang dilalui sangatlah indah dan mengagumkan, namun juga sedikit mendebarkan karena kita berada dipuncak, semakin diatas maka pemandangan dibawah semakin curam dan mengerikan. Di sisi kanan dan kiri jalan berbatasan langsung dengan jurang yang cukup dalam. Disepanjang perjalanan, kami melihat ada papan yang bertuliskan "Hati-Hati kawasan longsor". Beberapa waktu lalu, arus menuju dieng mengalami musibah karena longsor, sehingga wisatawan yang ada di dieng tidak dapat kembali kebawah. Pada saat kami melewati jalan tersebut, keadaannya masih diperbaiki, sehingga kami harus berhati-hati untuk melewati jalan tersebut.
Pemandangan selama perjalanan |
Pintu masuk kawasan Dieng Plateu |
Keberadaan Telaga Warna Dieng juga sangat berguna
bagi masyarakat sekitar. Mereka menggunakan air dari telaga warna sebagai
sumber irigasi untuk mengairi tanaman kentang yang menjadi komoditas utama di
kawasan ini[Wikipedia].
Udara pada daerah ini cukup dingin dan kering, kami
disini pada saat siang hari sehingga udara menjadi terasa sejuk. Berbeda dengan
kawasan puncak gunung bromo, udara disana sangat dingin seperti es (kulkas
terbuka) yang bisa membuat tangan dingin kaku dan basah.
Ada banyak kawah didaerah ini, salah satunya adalah
Sikidang, yaitu kawah di DTD yang paling populer dikunjungi wisatawan karena
paling mudah dicapai. Kawah ini terkenal karena lubang keluarnya gas selalu
berpindah-pindah di dalam suatu kawasan luas. Nama Sikidang ini diambil dari
karakter lubang keluarnya gas yang selalu berpindah-pindah seperti kijang
(kidang dalam bahasa Jawa). Tanah dikawasan ini sangat berbahaya bila terinjak
karena bisa terperosok, sehingga harus berhati-hati. Di ujung kompleks, sebuah
kolam besar dengan air yang bercampur lumpur abu-abu terus menggelegak dan
mengepulkan asap putih. Sebuah pagar bambu dibangun untuk menjadi pengaman. Bau
belerang tajam menyengat, oleh karena itu gunakan penutup hidung untuk
menimilaisir menghirup belerang tsb.
Di daerah ini juga terdapat Kompleks candi-candi
Hindu yang dibangun pada abad ke-7, seperti Candi Gatotkaca, Candi Bima, Candi
Arjuna, Candi Semar, Candi Sembadra, Candi Srikandi, Candi Setyaki, Gangsiran
Aswatama, dan Candi Dwarawati. Saat kami kesana, Candi Arjuna sedang dalam
pemugaran (renovasi).
Disini kita juga dapat ke Dieng Volcanic Theater,
yaitu teater untuk melihat film tentang kegunungapian di Dieng.
Penduduk asli Dataran Tinggi Dieng memiliki rambut gimbal, dan mata pencariannya adalah sebagai petani sayuran. Salah satu oleh-oleh khas Daerah Dataran Tinggi Dieng adalah buah pepaya gunung(carica). Penduduk setempat mengolah buah tersebut menjadi berbagai macam produk makanan yang layak dicoba.
Foto bersama sebagai penutup perjalanan |
0 komentar:
Posting Komentar